Wednesday, February 15, 2017

Membodohi Diri


kutelan pilu
kutepis ragu
kudekap bisu
berharap sepi berlalu…

Ingatan tentang dia kembali. Entah, semua tentangnya begitu susah dihapus. Apa coba istimewanya gadis itu? Sudahlah jutek, jarang tersenyum, siapa juga yang tahan berbicara lama dengannya. Siapa?

Untuk kesekian kali, aku kembali meragu. Segala tentangnya membuat semua logika seakan tak bersuara. Aku dipaksanya mengingat kembali cerita dulu. Cerita dimana aku pernah jatuh hati dan kutitipkan pada dia.

Hei, pilu ini masih tersisa dan akal sehat sudah buta. Seakan tak ingin memberi jalan atau pencerahan untuk hati yang lagi-lagi terperangkap sepi. Sampai kapan membodohi diri?


Jakarta, 15 Februari 2017

@RikoSofraDenata

Sunday, September 11, 2016

Nasehat Klasik

Entah, kali ini jari jemari memaksa diri untuk menuliskan kisah ini, Cerita tentang dia, gadis yang sudah mencuri sebagian besar mimpi. Bicara tentangnya, seolah berkisah tentang makanan kesukaan, film favorit atau tempat paling sering dikunjungi. Dia akan selalu jadi topik utama dan tak pernah bosan untuk menyanjungnya terus menerus tanpa putus. Dia akan selalu jadi menu melewati hari, tanpanya hidupku sepi dan aku terbunuh sendiri.

Lalu, kisah itu berbalik arah, Seolah seisi dunia menentang untuk terus melaju hingga jauh. Dia masih di situ, masih dengan senyum yang sama, masih setia mendengar semua keluh kesah diri. Tapi, hatinya sudah mati, seolah dia membunuh pelan-pelan semua kenangan dan aku tersingkirkan.

Tak terhitung banyaknya hari ku lewati sendiri, ikhlaskan dia pergi. Membiarkan rasa untuknya musnah dan aku memilih pasrah. Iya, cuma itu pilihan tersisa, dia sudah pergi, jauh dan radarnya tak tersentuh.

Dan lagi-lagi, nasehat klasik akan selalu jadi tameng pamungkas diri. Biarlah waktu bekerja dengan caranya dan cukup lalui hari-hari meski kadang melawan sepi dan sendiri...

Bandung, 11 September 2016

@RikoSofraDenata

Sunday, October 12, 2014

Terbunuh Sepi...

Akhirnya menikmati sendiri, angin pun tak mau hampiri.
Siapalah hamba ini, caci maki sudah jadi sarapan pagi.
Jangankan bermimpi, masih bernafas disyukuri.

Terbuang, dihina, harga diri sudah tak ada arti.
Kecewa, bukan siapa-siapa, sudah terbiasa.
Beginilah menjalani hari-hari, pelan-pelan terbunuh sepi…

Bandung, 12 Oktober 2014


@RikoSofraDenata

Saturday, October 11, 2014

Kembali Berlari…

Tinggalkan semua harap dan siap menuai azab.
Tak usah tangisi yang memilih pergi.
Terlahir sendiri, mati pun tak ada yang sudi temani.
Nikmati sepi, seolah tak ada arti.
Terus jalani, suratan diri dan kembali berlari…

Bandung, 11 Oktober 2014


@RikoSofraDenata

Saturday, October 4, 2014

Hadirnya…

Luka masih menganga tapi hadirnya membuat percaya. Dia tak pernah memaksa, dibiarkan saja ku nikmati luka. Seolah mengerti, ditemani kudisini.

Asa ini kembali mengajak berlari, kali ini aku sanggupi dan ikuti langkahnya hati. Dan dia masih duduk disana, tersenyum mesra.

Sekali lagi aku terpesona padanya. Dia memberi spasi tapi tak pergi. Dia menumbuhkan kembali percaya diri, yang kurasa tlah mati.

Wahai nona pengusir sepi, kalbu mulai bertanya. Benarkah kita menghirup udara yang sama? Atau cuma getaranku saja?

Bandung, 04 Oktober 2014

@RikoSofraDenata

Friday, October 3, 2014

Gadis Kecil…

Gadis kecil, begitu panggilannya. Manja sekaligus dewasa. Kontradiktif? Tidak juga, hanya saja sifat impulsifnya kadang menghasilkan tawa. Dia bisa diam seribu bahasa atau bicara tanpa tanda baca.

Ya, begitulah gadis kecil ini ku kenal hatinya. Meski jarang bertatap mata tapi kami sering bercerita tentang apa saja. Saat bahagia, kita akan diajaknya melayang dari ujung Sumatra hingga Papua. Tapi kala keras kepala, satu kata pun tak akan mampu dia cerna, percuma saja.

Gadis kecil, buang semua sendu apalagi ragu. Cukup sadari, akan ada hati yang kan pahami resahmu nanti…

Bandung, 03 Oktober 2014


@RikoSofraDenata

Terdiam Disitu…

Pandanganku kembali tertuju padanya, gadis penuh pesona membuat lupa. Iya, aku terbuai pada tatapan pertama, hingga sekarang mantranya masih memikat mata.

Malamku terusik, ulah nona nan unik. Seolah semesta mendukungku padamu, tak jemu ku terdiam disitu.

Entah apa namanya, aku mendadak tergila-gila. Semua tentangnya sejenak lupakan lara. Senyumnya membius. Orang lain bilang apa tak ku urus, cukup harummu ku endus.

Ah, rasa ini membuncah, ingin kubagi semua lelah. Tanpamu sisakan gelisah lalu pasrah. Biarkan semua tingkah polah dan aku mengalah.

Di sudut rindu aku menunggu. Sampai kau peduli, ada hati yang mau berbagi…

Bandung, 03 Oktober 2014


@RikoSofraDenata